Oleh Leo Siagian
BERITAMONALISA.COM | – Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tapanuli Utara 2024, suasana sosial dan politik di daerah tersebut mulai menunjukkan potensi perpecahan. Dengan keberagaman budaya, agama, dan etnis yang melekat pada masyarakat Tapanuli Utara, munculnya gesekan antarpendukung calon merupakan kekhawatiran serius yang perlu diantisipasi.
Pada kontestasi Pilkada kali ini, terdapat dua pasangan calon yang bertarung, yakni Satika Simamora-Sarlandy Hutabarat dengan nomor urut 1, dan Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat-Denny Lumbantoruan. Ketegangan antara pendukung kedua kandidat telah mulai tampak di berbagai platform media sosial seperti Facebook, TikTok, dan Instagram, dengan beredarnya konten yang dianggap provokatif, berpotensi menimbulkan perpecahan, serta mengganggu keharmonisan sosial.
Melihat situasi tersebut, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Tapanuli Utara, Pdt. Hasudungan Manalu, mengimbau seluruh pihak yang terlibat untuk menjaga persatuan dan kedamaian hingga pemungutan suara pada 27 November mendatang. “Sebagai umat beragama, kita cinta damai dan kerukunan. Mari kita tunjukkan nilai-nilai luhur itu,” ungkap Pdt. Hasudungan saat ditemui di kediamannya di Pearaja Tarutung, Sabtu (26/10/2024).
Menurutnya, setiap masyarakat memang berhak mendukung calon pilihannya dengan penuh antusiasme. Namun, ia menekankan agar semangat ini diwujudkan dengan sikap yang beradab, menghindari sikap menghina atau merendahkan kandidat lain. “Fanatisme kita terhadap calon hendaknya ditunjukkan melalui tindakan yang bermoral, menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Siapa pun yang terpilih nanti, kita yakin itu adalah pilihan Tuhan,” ujarnya.
Senada dengan FKUB, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tapanuli Utara, Syamsul Pandiangan, juga menyerukan agar warga mengedepankan kekondusifan dan tidak mudah terprovokasi. “Saya melihat tensi Pilkada mulai memanas, terutama di media sosial,” ujar Syamsul. Ia menambahkan, masyarakat Tapanuli Utara dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya yang beradab, termasuk budaya Dalihan Na Tolu sebagai pedoman hidup orang Batak.
Syamsul menilai kedua calon yang bertarung adalah putra dan putri terbaik Tapanuli Utara, sehingga persaingan ini seharusnya dilihat sebagai momentum untuk membawa kemajuan bagi daerah. “Siapa pun yang terpilih adalah pilihan Tuhan. Mari kita percaya bahwa mereka akan membawa kemajuan bagi Tapanuli Utara,” tambahnya.
Ia juga mengimbau agar tim sukses kedua kandidat lebih mengedepankan kampanye yang bermoral dengan memaparkan visi dan keunggulan calon masing-masing, tanpa saling menyerang atau merusak reputasi lawan. “Hargai perbedaan, pilihlah dengan hati, dan tetap jaga persaudaraan,” pungkasnya.
Seruan para tokoh agama ini menjadi pengingat bahwa di tengah hiruk-pikuk politik, persatuan dan kerukunan harus tetap menjadi prioritas. Masyarakat diharapkan tetap bijaksana, tidak mudah terhasut, dan mengutamakan kebersamaan demi stabilitas sosial Tapanuli Utara.(*)
Discussion about this post