Oleh Redaksi
BERITAMONALISA.COM | – Andi Supriadi Sinaga, atau yang akrab disapa Angkel, adalah sosok muda inspiratif di Kota Pematang Siantar. Kepeduliannya terhadap pendidikan anak usia dini (PAUD) dan anak-anak berkebutuhan khusus telah membawa perubahan signifikan di kota ini. Angkel mengelola sekolah bernama King Kids yang berlokasi di Jl. Spirok, Kelurahan Timbang Galung, Kecamatan Siantar Barat, Pematang Siantar. Di sela-sela kesibukannya mengajar, Angkel juga aktif dalam menjaga lingkungan melalui organisasi “Komunitas Peduli Sungai Bahbolon” (Kopesuba), yang fokus pada pelestarian lingkungan di bantaran Sungai Bahbolon.
Dalam wawancara eksklusif dengan tim Monalisa yang berkolaborasi dengan Siantar Culture Show, Angkel berbagi pandangannya tentang masyarakat Kota Pematang Siantar dalam program bertajuk “Siantar Cerita Santai”. Program ini bertujuan untuk menggali perspektif warga kota, khususnya dari generasi milenial (Gen Milenial) dan generasi Z (Gen Z), tentang kehidupan sehari-hari mereka.
Ketika ditanya bagaimana ia menggambarkan Kota Pematang Siantar dalam satu kata atau kalimat, Angkel menjawab dengan penuh semangat, “Siantar itu kota yang penuh kebersamaan dan toleransi. Di sini, kita bisa merasakan semangat gotong royong yang kuat dan saling menghargai perbedaan.”
Menurut Angkel, kekuatan utama masyarakat Siantar terletak pada solidaritas dan toleransi yang tinggi. “Masyarakat di sini sangat kompak dan saling mendukung, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan. Keberagaman budaya dan etnis di Siantar, seperti Batak, Jawa, Tionghoa, dan Melayu, hidup berdampingan dengan damai, menciptakan lingkungan yang harmonis dan inklusif,” ujarnya.
Angkel juga berbagi pengalaman pribadinya tumbuh dan hidup di Siantar. “Saya merasa sangat beruntung bisa tumbuh di kota ini. Ada banyak momen berkesan, seperti saat kami mengadakan acara gotong royong di lingkungan sekitar atau ketika saya melihat anak-anak di sekolah saya berkembang dan belajar dengan semangat.”
Mengenai kehidupan anak muda di Siantar, Angkel melihatnya dengan optimisme. “Anak muda di sini sangat kreatif dan penuh semangat. Namun, masih ada beberapa fasilitas dan kegiatan yang perlu ditingkatkan untuk mendukung mereka. Misalnya, lebih banyak ruang publik untuk berkumpul dan berkreasi.”
Angkel juga menyoroti tantangan terbesar yang dihadapi anak muda di Siantar. “Tantangan terbesar mungkin adalah masalah pendidikan dan lapangan kerja. Banyak anak muda yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka. Selain itu, hiburan dan fasilitas rekreasi juga masih kurang.”
Harapan Angkel untuk masa depan Kota Siantar sangatlah besar. “Saya berharap Siantar bisa terus maju dan berkembang. Jika saya bisa mengubah satu hal, saya ingin melihat lebih banyak dukungan untuk pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi anak muda. Ini penting untuk masa depan mereka dan kota ini.”
Angkel juga memberikan pandangannya tentang peran pemerintah dan komunitas lokal. “Pemerintah sudah melakukan banyak hal, tapi masih ada ruang untuk perbaikan, terutama dalam hal fasilitas umum dan dukungan untuk usaha kecil. Komunitas seperti Kopesuba sangat membantu dalam menjaga lingkungan dan memberikan edukasi kepada masyarakat.”
Sebagai penutup, Angkel menyampaikan pesan untuk pemimpin kota dan pihak berwenang di Siantar. “Mari kita terus menjaga kebersamaan dan saling mendukung. Dengan begitu, kita bisa membuat Siantar menjadi tempat yang lebih baik untuk semua, terutama bagi anak muda yang merupakan masa depan kota ini.”
Program “Siantar Cerita Santai” ini tidak hanya memberikan wawasan tentang pandangan warga kota, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk berkontribusi lebih dalam membangun Pematang Siantar yang lebih baik. Dengan semangat gotong royong dan toleransi yang tinggi, Siantar siap menghadapi masa depan yang cerah.(*)
Discussion about this post