Oleh Redaksi
SIANTAR – Budidaya lebah tanpa sengat atau meliponikultur kian populer di kalangan masyarakat. Namun, antusiasme yang tinggi tidak selalu diiringi dengan pemahaman yang cukup mengenai teknik budidaya yang benar. Menyikapi hal ini, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Pematang Siantar berkolaborasi dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Pematang Siantar untuk menggelar pelatihan budidaya lebah tanpa sengat.
Pelatihan ini berlangsung selama dua hari, Jumat hingga Sabtu (15–16 Maret 2025), di Jalan SMP 10, Kelurahan Setia Negara, Kota Pematang Siantar. Kegiatan ini melibatkan Flora Nauli sebagai mitra utama dalam memberikan edukasi kepada peserta.
Kepala Perwakilan BI Pematang Siantar, Muqorobin, menyatakan bahwa program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat, tetapi juga sebagai upaya mendorong perekonomian berbasis masjid. “Budidaya lebah tanpa sengat memiliki dua manfaat utama, yaitu manfaat ekonomis dan ekologis,” ujarnya kepada media Ekonomi dan Bisnis Siantar Simalungun.
Peserta pelatihan diharapkan dapat mengembangkan usaha perlebahan yang berpotensi mendatangkan keuntungan ekonomi. Produk perlebahan seperti madu, roti lebah (beebread), dan propolis memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Selain itu, lebah tanpa sengat juga berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem melalui proses penyerbukan tanaman.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan masyarakat di lingkungan masjid semakin teredukasi dan mampu mengembangkan usaha budidaya lebah tanpa sengat secara berkelanjutan.
Ketua DMI Pematang Siantar: Budidaya Lebah Madu Berpotensi Dongkrak Ekonomi Umat
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Pematang Siantar, Armaya Siregar, menekankan pentingnya budidaya lebah madu sebagai peluang ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat. Dalam keterangannya kepada media, ia menyampaikan bahwa potensi lebah kelulut atau Trigona dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian, terutama bagi mereka yang memiliki lahan di sekitar rumah atau masjid.
Menurutnya, jika dikelola dengan baik, budidaya lebah madu bisa menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi masyarakat. Ia juga mendorong agar lingkungan masjid turut serta dalam mengembangkan usaha ini sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi umat.
“Budidaya lebah madu adalah salah satu peluang terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan memanfaatkan lahan yang ada, kita bisa menghasilkan madu berkualitas yang bernilai ekonomi tinggi,” ujar Armaya.
Ia berharap, melalui pelatihan dan pendampingan yang tepat, masyarakat dapat lebih memahami cara beternak lebah madu secara optimal dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian yang berkelanjutan.
Budidaya Lebah Kelulut, Peluang Ekonomi dan Konservasi Alam
Pakar lebah madu, AAM Hasanuddin, berbagi wawasan dalam sebuah pelatihan tentang pengelolaan budidaya lebah madu kelulut (Trigona) dan madu Apis, termasuk teknik membudidayakan pakan bagi lebah kelulut.
Menurut AAM Hasanuddin, lebah kelulut memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Namun, manfaatnya tidak hanya sebatas keuntungan finansial. Budidaya lebah kelulut juga dapat menjadi media edukasi yang efektif dalam menyebarkan pemahaman tentang konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
“Melalui kelulut, pesan-pesan utama dalam konservasi bisa disampaikan dengan lebih sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat,” ujar AAM Hasanuddin. Ia menekankan bahwa edukasi lingkungan tidak harus menggunakan bahasa yang rumit, tetapi bisa dikemas dengan cara yang lebih dekat dengan keseharian masyarakat.
Budidaya lebah kelulut kini semakin diminati, tidak hanya sebagai sumber pendapatan tetapi juga sebagai langkah nyata dalam menjaga keseimbangan ekosistem.(*)
Discussion about this post