Oleh Nico
BERITAMONALISA.COM | – Pemerintah Kota (Pemko) Pematangsiantar terus melakukan upaya-upaya untuk menurunkan angka stunting. Target di tahun 2023, angka stunting menjadi 11,08 persen. Kemudian, di tahun 2024 ditargetkan semakin menurun hingga 8,96 persen.
Demikian disampaikan Wali Kota Pematang Siantar dr Susanti Dewayani SpA. Anemia merupakan kondisi kekurangan sel darah merah di dalam tubuh, yang banyak terjadi pada semua kelompok usia, terutama pada remaja putri dan wanita usia subur (WUS) yang disebabkan oleh defisiensi zat besi dalam tubuh. Zat besi diperlukan oleh tubuh dalam proses produksi hemoglobin yaitu komponen penting dalam darah yang berfungsi mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel jaringan tubuh. Ketika tubuh kekurangan hemoglobin, maka terjadi anemia yang dapat menimbulkan keluhan dan gangguan kesehatan. Kadar hemoglobin (hb) normal pada remaja putri > 12 gr/dl.
Tidak berhenti sampai di situ, dampak anemia juga menyebabkan para remaja putri mengalami berbagai kondisi seperti: Penurunan imunitas sehingga lebih rentan terpapar berbagai penyakit infeksi; Penurunan konsentrasi belajar di kelas; Penurunan prestasi di sekolah; serta Penurunan kebugaran dan produktivitas kerja.
Melihat kondisi demikian, maka upaya pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) menjadi penting untuk diberikan kepada remaja putri dalam proses pertumbuhannya.
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Tahun 2018, persentase kasus anemia pada remaja putri sebesar 32% atau sebanyak 3 dari 10 dan remaja putri mengalami anemia dan kekurangan zat besi.
Salah satu alasan remaja putri lebih berisiko mengalami anemia karena banyaknya zat besi yang hilang selama siklus menstruasi.
Selain siklus menstruasi, penyebab lain remaja putri mengalami anemia adalah kurangnya asupan zat besi dan protein, melakukan diet yang keliru pada masa pertumbuhan yang tidak seimbang dengan asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
“Remaja putri itu perlu sehat, karena dia calon ibu. Ibu yang tidak sehat, berpeluang untuk melahirkan generasi yang tidak sehat. Kalau ibunya tidak sehat atau anemia, maka ketika dia nanti menjadi ibu hamil, kecenderungannya melahirkan bayi dengan BBLR. Kemudian ketika melahirkan kecenderungan terjadi perdarahan. Itulah yang nanti angka kematian ibunya jadi tinggi,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, dr Irma Suryani MKM didampingi jajarannya.
Dampak anemia pada remaja putri (rematri) cukup memprihatinkan, seperti lemah, letih dan lesu, penurunan kesehatan dan prestasi sekolah. Secara khusus, anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius karena remaja putri merupakan calon ibu yang akan hamil dan melahirkan bayi, berisiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan keterlambatan pertumbuhan (stunting), serta memperbesar resiko kematian ibu akibat pendarahan dalam proses persalinan.
Sebagai upaya pencegahan terjadinya anemia pada remaja putri, Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar melaksanakan Program Aksi Bergizi Minum Tablet Tambah Darah Cegah Anemia dan Skrining Anemia Pemeriksaan Kadar Hb Remaja Putri. Pada semester pertama tahun 2023, tidak kurang dari 12.868 (70,34%) remaja putri yang tersebar di SMP, SMA, SMK dan Madrasah Aliyah Kota Pematang Siantar telah menerima dan mengkonsumsi Table Tambah Darah (TTD) 1 kali seminggu dan 7 hari selama siklus menstruasi.
Berbagai hambatan dan kendala dalam program ini, antara lain efek samping minum TTD seperti mual dan nyeri ulu hati. Namun hal ini dapat dihindari dengan konsumsi TTD setelah makan dan dengan air putih, tidak dengan teh atau kopi. Karena mengonsumsi TTD bersamaan dengan teh atau kopi dapat mengurangi penyerapan zat besi oleh tubuh.
Dalam Program Aksi Bergizi Minum TTD ini, Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar melalui seluruh Puskesmas menyampaikan kepada remaja putri tentang pentingnya melaksanakan Pola Diet Gizi Seimbang sesuai program Isi Piringku guna memenuhi kebutuhan gizi harian, serta tak lupa menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
“Di Kota Pematang Siantar, sampai Agustus 2023 ada sejumlah 227 kasus stunting dari yang kita timbang 11.069 Balita, persentasenya 2,05%. Stunting itu di balita, jadi kita kejar anak agar tidak jatuh dalam stunting. Sudah kita mulai dari ibu hamil, kita imunisasi. Minimal 6 kali ibu selama hamil berkunjung ke tenaga kesehatan. Satu kali triwulan pertama, dua kali triwulan kedua, dan tiga kali di triwulan ketiga,” tutup dr Irma.
Dengan dukungan Pemerintah Kota (Pemko) Pematang Siantar, Dinas Kesehatan bersama lintas sektor dan OPD bersinergi dan berkolaborasi dalam pencegahan anemia pada remaja putri sebagai bagian penting dalam upaya pencegahan stunting dan peningkatan derajat kesehatan generasi bangsa.(ADV)
No Result
View All Result
Discussion about this post