Oleh Redaksi
Siantar 18 Juni 2025 — Suasana berbeda terasa di Kedai Kopi Subur Baru, Rabu sore (18/6/25). Tak sekadar temu wicara biasa, diskusi bertajuk Shearing Season mempertemukan para tokoh penting Kabupaten Simalungun: anggota Dewan Terhormat, pengusaha pribumi, dan jurnalis independen.
Duduk satu meja tanpa protokoler ketat, diskusi berlangsung terbuka dan penuh semangat. Hadir dalam pertemuan tersebut, Bung Suriawan, Eko Simanjuntak, dan Frandi dari DPRD Simalungun, Arifin Sihombing selaku perwakilan HiPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia), serta Babe, jurnalis senior yang dikenal vokal menyuarakan kepentingan masyarakat.
“Kita tidak sedang rapat, kita sedang menyatukan langkah untuk lima tahun ke depan. Regulasi tidak boleh lahir dari ruang tertutup, tapi dari percakapan nyata di tengah masyarakat,” ujar Bung Suriawan dalam pembukaan diskusi.
Bahas Regulasi Pro-Rakyat dan Pro-Usaha
Diskusi membahas penyusunan regulasi pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Simalungun 2025–2030. Fokus utama adalah menciptakan aturan yang mendukung pengusaha lokal, mendorong investasi berkelanjutan, serta memperkuat peran jurnalis dalam mengawal kebijakan publik.
Eko Simanjuntak menyampaikan rencana penyederhanaan birokrasi dalam proses perizinan, terutama untuk pelaku usaha kecil dan menengah.”Kalau kita mau pertumbuhan, jangan bebani rakyat yang mau usaha. Regulasi harus jadi pendorong, bukan penghambat,” katanya.
Sementara Frandi, yang dikenal kritis terhadap isu lingkungan, menegaskan bahwa arah pembangunan harus mengedepankan keberlanjutan. “Pembangunan yang mengabaikan alam, akan mengorbankan generasi selanjutnya. Kita harus pikirkan Simalungun yang lestari.”
HiPPI Dorong Zona Ekonomi Lokal
Dalam sesi masukan dari pelaku usaha, Arifin Sihombing menyoroti pentingnya keberpihakan pada pengusaha pribumi. Ia mengusulkan pembentukan Zona Ekonomi Lokal (ZEL) di beberapa kecamatan potensial. “Kami tidak butuh janji, kami butuh dukungan nyata. Regulasi yang konsisten dan insentif sederhana bisa membuat kami tumbuh besar tanpa meninggalkan kampung halaman.”
Media Siap Kawal Transparansi
Jurnalis senior Babe mengambil peran penting dengan mengingatkan pentingnya keterbukaan informasi dalam pelaksanaan regulasi.
“Kami, media lokal, bukan hanya tukang sorot. Kami penjaga akuntabilitas. Tapi kami butuh akses dan kepercayaan dari dewan maupun pemerintah.”
Arah Baru Simalungun
Dari diskusi hangat ini, tercetus lima poin komitmen bersama yang akan dibawa ke dalam forum perumusan regulasi resmi:
- Penyederhanaan Perizinan Usaha Lokal
- Pembangunan Zona Ekonomi Lokal di Tiap Kecamatan Potensial
- Transparansi Anggaran dan Proyek Pembangunan
- Regulasi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
- Kemitraan Strategis dengan Media Lokal dalam Pengawasan Publik
Diskusi diakhiri dengan semangat kolaboratif. Para peserta sepakat bahwa kedai kopi bukan sekadar tempat nongkrong, tapi bisa menjadi ruang lahirnya kebijakan strategis—selama hati dan kepala mau duduk setara.(*)
Discussion about this post