Oleh Redaksi
Bandar Lampung, Jumat 20 Juni 2025 — Meski Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia—mencapai lebih dari 229 juta jiwa—tingkat literasi ekonomi syariah nasional masih terbilang rendah. Berdasarkan hasil survei Indeks Literasi Ekonomi Syariah Nasional 2024, angka literasi hanya mencapai 42,84 persen.
Kondisi ini menjadi perhatian serius berbagai pemangku kepentingan, termasuk Bank Indonesia (BI), yang melihat potensi luar biasa dari ekonomi syariah jika mampu dipahami dan diterapkan secara luas oleh masyarakat.
Dalam upaya mempercepat pemahaman ini, BI menggelar kegiatan Training of Trainer (ToT) Ekonomi dan Keuangan Syariah di Provinsi Lampung, Jumat (20/6/2025), sebagai bagian dari rangkaian Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera. Yang menjadi sasaran utama pelatihan kali ini adalah para kreator konten digital dan jurnalis dari berbagai wilayah di Sumatera.
Peran Strategis Kreator Konten dan Jurnalis
Achmad P Subarkah, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, menyatakan bahwa kolaborasi dengan insan media dan digital sangat penting dalam menyebarluaskan pemahaman ekonomi syariah ke tengah masyarakat.
“Kreator konten dan jurnalis memiliki peran vital sebagai agen perubahan. Mereka mampu menyampaikan pesan ekonomi syariah dalam bahasa yang menarik, kontekstual, dan mudah dipahami masyarakat luas. Namun sebelum menyuarakan ke publik, mereka perlu dibekali dengan pemahaman yang benar dan menyeluruh,” ujarnya.
Ia menambahkan, ekonomi syariah harus bisa keluar dari ruang seminar dan diskusi akademis, lalu masuk ke ranah kehidupan sehari-hari masyarakat. Oleh karena itu, pelatihan ini juga diarahkan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik.
Dari Wacana ke Aksi Nyata
Senada dengan itu, Ruslan Abdul Ghofur, Direktur Industri Produk Halal Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) Provinsi Lampung, menekankan bahwa pelatihan ini merupakan langkah penting untuk memastikan ekonomi syariah dapat menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.
“Ekonomi syariah bukan sebatas teori, tapi bagaimana prinsipnya bisa benar-benar hidup—dari cara kita bertransaksi tanpa riba, memilih produk halal, hingga menerapkan etika dalam ekonomi. Dan untuk bisa sampai ke masyarakat, pemahaman ini harus terlebih dahulu dimiliki oleh para komunikator utama: media dan konten kreator,” ujar Ruslan.
Ia optimis, bila para pelaku media dan kreator konten telah memiliki pemahaman mendalam, pesan ekonomi syariah akan bisa dikemas secara inspiratif, membumi, dan berdampak langsung pada pola pikir masyarakat.
Langkah Strategis untuk Masa Depan Ekonomi Syariah
Kolaborasi BI dan KDEKS dalam pelatihan ini mencerminkan semangat untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah nasional secara lebih menyeluruh. Dengan menggandeng insan media dan konten digital sebagai mitra strategis, diharapkan transformasi pemahaman publik terhadap ekonomi syariah tidak hanya tumbuh dalam wacana, tetapi juga nyata dalam perilaku ekonomi masyarakat Indonesia.(*)
Discussion about this post