Tapanuli Tengah – Tokoh pemuda Tapanuli Tengah, Erik Pasaribu, melontarkan kritik tajam terhadap sejumlah proyek warisan masa lalu yang dinilai tak membawa manfaat signifikan bagi masyarakat. Ia juga mengajak masyarakat Tapteng untuk menilai kepemimpinan secara objektif, berdasarkan bukti pembangunan yang nyata, bukan sekadar janji manis atau sentimen politik.

Salah satu proyek yang disorot Erik adalah program besar bertajuk Tapanuli Growth. Menurutnya, program ini justru lebih banyak menyedot anggaran negara ketimbang memberikan dampak nyata. Salah satu contohnya adalah pembangunan Bukit Anugerah yang dinilai telah merusak kawasan hutan lindung dan menggunakan dana besar untuk sebuah patung yang hingga kini belum juga terwujud secara transparan.
Tak berhenti di situ, Erik juga menyinggung proyek jalan penghubung Terminal Aek Korsik yang hingga kini terbengkalai, serta masuknya perusahaan perkebunan sawit yang diduga merampas tanah rakyat dan disertai intimidasi politik di masa pemerintahan Bonaran Situmeang dan Tuani Lumbantobing.
“Janji-janji masa lalu begitu manis, tapi setelah menang, masyarakat dibiarkan menggigit jari. Kita perlu menilai siapa yang benar-benar membangun, bukan hanya yang banyak bicara,” ujar Erik dalam pernyataannya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk berpikir jernih dan membandingkan secara adil antara kepemimpinan sebelumnya, seperti era Sukran Tandjung dan Bonaran Situmeang, dengan masa kepemimpinan Bakhtiar Sibarani.
Tapteng “Naik Kelas” di Era Bakhtiar Sibarani
Di sisi lain, Erik menyebut bahwa di era Bakhtiar Sibarani, Tapanuli Tengah mengalami lonjakan kemajuan signifikan, meski masa jabatannya banyak terdampak pandemi COVID-19. Dalam waktu hanya tiga tahun, berbagai sektor mengalami percepatan pembangunan, baik infrastruktur, ekonomi, maupun pariwisata.
Dari catatan pembangunan, Tapteng di era Bakhtiar berhasil membangun jalan dan jembatan secara masif:
- Tahun 2017, pembangunan jalan mencapai 39.903 meter, terdiri dari Lapen 15.786,5 meter dan Hotmix 24.117 meter.
- Total pembangunan 2017–2021:
- Jalan Lapen: 31.970,5 meter (31,97 km)
- Jalan Hotmix: 217.731,08 meter (217,73 km)
- Jembatan: 24 unit
- Tahun 2017: 12 unit
- 2018: 6 unit
- 2019: 4 unit
- 2020: 2 unit
Tak hanya itu, Bakhtiar juga membangun Alun-Alun Kota Pandan yang kini menjadi ikon baru Tapteng serta Jembatan Al Fahris Barus yang menghubungkan akses vital antarwilayah.
Gerak Cepat Tangani Pandemi dan Dorong Ekonomi
Selain infrastruktur, kepemimpinan Bakhtiar juga diapresiasi karena mampu bertindak cepat dalam mengatasi dampak pandemi COVID-19. Berbagai program sosial dan strategi pemulihan ekonomi diluncurkan untuk menjaga stabilitas sosial masyarakat. Sektor pariwisata pun mulai menggeliat, membuka peluang usaha baru dan menciptakan lapangan kerja lokal.
Erik menutup pernyataannya dengan mengimbau masyarakat agar tidak terus-menerus menyebarkan narasi negatif terhadap Bakhtiar Sibarani.
“Sudah waktunya kita dewasa dalam melihat kinerja pemimpin. Kritik boleh, tapi harus adil. Kalau ada yang bekerja nyata, kita wajib mengapresiasi,” tegas Erik.(*)
Discussion about this post