Oleh Redaksi
Tukka, Tapanuli Tengah — Jalan menuju SMAN 2 Tukka masih saja rusak parah, becek, berlumpur, dan seperti tak pernah dianggap penting, meskipun sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 2007. Ironisnya, meski telah 13 tahun lebih menjadi kebutuhan vital warga dan pelajar, tak satu pun langkah nyata diambil oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara maupun Pemkab Tapanuli Tengah.
Akses jalan ke sekolah masih memanfaatkan jalur lama menuju SMP Tukka yang kondisinya menyedihkan. Saat hujan turun, jalan berubah menjadi kubangan lumpur yang memaksa siswa berjalan kaki menembus medan berat, bahkan ada yang harus menempuh jarak jauh setiap harinya. Ini bukan hanya cerita usang—ini realitas yang memalukan.
“Sudah sejak sekolah ini berdiri kita ajukan perbaikan akses jalan, tapi sampai sekarang belum juga ada tindakan. Sudah tujuh anggota DPRD Sumut datang, sudah diajukan proposal, tapi mana realisasinya?” tegas Erik Firmansyah Pasaribu.
Anggota DPRD yang disebut telah datang, termasuk Delmeria Sikumbang dan Juliski Simorangkir. Mereka meminta proposal—dan proposal itu sudah diserahkan. Tapi apakah anak-anak sekolah butuh janji atau butuh jalan? Sampai kini, tidak ada hasil nyata. Jalan masih tetap sama: becek, berlubang, dan penuh tanah merah.
Tak hanya SMAN 2 Tukka yang mengalami nasib buruk. Akses menuju SMAN 1 Tukka pun tak kalah rusaknya. Jembatan Sigotom yang menjadi penghubung utama rusak parah dan rawan menyebabkan kecelakaan, terutama saat kendaraan menumpuk karena macet.
“Inikah wajah pendidikan di Tapanuli Tengah? Visi-misi Bupati ‘Tapteng Naik Kelas’ seharusnya dimulai dari hal paling dasar: akses jalan ke sekolah!” lanjut Erik.
Ia pun mendesak agar Bupati Tapanuli Tengah, Wakil Bupati, serta Dinas Terkait di tingkat kabupaten maupun provinsi segera mengambil langkah konkret. Bukan sekadar kunjungan seremonial, tapi realisasi nyata di lapangan.
“Kalau tak bisa membangun jalan, bisakah setidaknya membangun kemauan?” pungkasnya tajam.(*)
Discussion about this post