Oleh Leo Siagian
BERITAMONALISA.COM | – Debat perdana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), yang digelar di Gedung Sopo Nommensen, Tarutung, Jumat sore (8/11), berlangsung sengit dan penuh ketegangan. Perseteruan tajam terjadi saat calon Bupati Satika Simamora dan Jonius Taripar Parsaoran (JTP) Hutabarat saling beradu argumen mengenai pengelolaan anggaran untuk sektor penenun ulos.
JTP Hutabarat, yang pernah menjabat sebagai Ketua Dekranasda Taput selama sepuluh tahun, mengkritik Satika atas penggunaan anggaran yang dianggap tidak tepat sasaran. Menurutnya, selama menjabat, Satika tidak memaksimalkan dana tersebut untuk pemberdayaan penenun ulos, melainkan lebih banyak digunakan untuk perjalanan dinas dan pameran-pameran yang tidak memberikan dampak signifikan bagi para penenun.
“Kami mendengar keluhan para penenun tentang harga yang rendah dan banyak motif ulos yang dicuri, merugikan mereka. Bahkan, anggaran yang ada banyak digunakan untuk perjalanan dinas dan pameran-pameran yang tidak mendatangkan hasil,” tegas JTP yang juga mantan anggota DPRD Sumut ini.
Namun, Satika Simamora dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan balik menyerang JTP. Ia mengungkapkan bahwa JTP tidak memahami sepenuhnya kondisi ulos dan industri penenunan di Taput. “Pak JTP, Anda bahkan jarang mengenakan ulos. Saya sendiri setiap hari mengenakan ulos. Jangan sembarangan bicara hoaks tanpa bukti,” ujar Satika sambil menyindir JTP yang dianggapnya tidak memiliki pemahaman mendalam tentang masalah tersebut.
Satika melanjutkan, dana yang digunakan selama ini bukan hanya untuk pameran, tetapi juga untuk membeli benang bagi para penenun yang jumlahnya mencapai 11 ribu orang di Taput. Bahkan, ia membeberkan bahwa ia telah mempromosikan ulos khas Taput hingga ke tingkat nasional dan internasional dengan tujuan untuk menjadikan ulos sejajar dengan tenun batik dan tenun Palembang.
“Kenapa saya harus mempromosikan ulos? Saya ingin ulos Taput dikenal di seluruh dunia dan dipandang sejajar dengan batik dan tenun Palembang. Seorang pemimpin harus berbicara dengan data dan fakta,” terang istri mantan Bupati Taput dua periode, Nikson Nababan ini.
Satika juga mempertanyakan keseriusan JTP dalam memperjuangkan ulos, dengan mengingat bahwa ulos sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Batak sejak lahir, pernikahan, hingga kematian. “Sekarang, orang Batak di Jakarta justru bangga mengenakan ulos di setiap acara adat. Ini menunjukkan kecintaan kita terhadap ulos,” katanya, yang disambut tepuk tangan meriah dari para pendukungnya.
Menutup debat tersebut, Satika mengingatkan agar JTP lebih banyak belajar mengenai ulos dan potensi industri tenun di Taput, serta tidak terjebak dalam opini satu pihak saja. “Jangan hanya mendengar kata orang. Kita harus berbicara dengan data yang akurat,” pungkasnya.
Debat ini juga menjadi ajang bagi kedua pasangan calon untuk memaparkan visi, misi, dan program kerja mereka untuk lima tahun ke depan. Selain Satika Simamora dan Sarlandy Hutabarat (paslon nomor urut 1), serta JTP Hutabarat dan Deni Parlindungan Lumbantoruan (paslon nomor urut 2), hadir pula Ketua KPU Taput, Suwardy Pasaribu, serta sejumlah pejabat dan undangan lainnya.(*)
Discussion about this post